Friday, October 19, 2012

Berpikir? Apa?



Menurut KBBI (2002:282) Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan menurut Burhan dan Mehra (Amalia, 2008:33) berpikir adalah suatu kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Melalui proses berpikir tersebut maka pengetahuan lain kan diperoleh.
Menurut Ruggiero (siswono,2009) berpendapat bahwa berpikir adalah suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi suatu hasrat keingintahuan (fulfil a desire to understand)
Terlepas dari banyak pendapat mengenai definisi berpikir, ada sebuah pertanyaan yang lebih membingungkan. “ Kapan kita bias tahu orang itu sedang berpikir?”
Apakah sebuah kalimat yang menyatakan “Aku sedang berpikir” mengartikan orang itu berpikir?
Benarkah semacam itu?
Jika berpikir adalah sebuah proses pastilah berpikir itu mempunyai input dan produk.
Melihat dari sisi input, input seperti apa yang menggambarkan pemikiran itu berkualitas?
Apakah tentang kuliah? Atau tentang memikirkan masa depan?
Bukankah input pemikiran yang berkualitas itu adalah masalah umat? Begitu banyak masalah yang ada disekitar kita. Sadarkah kita?
Dilihat dari produk, Apa sebenarnya produk pemikiran yang berkualitas?
Apakah hanya sebatas bicara kalau “Aku sedang berpikir” atau sebuah omong kosong yang disampaikan (agar terlihat berpikir?) dan tidak ada realisasi? Apa bedanya dengan dongeng? Kita bukan anak kecil. Masih sukakah dengan dongeng? Oke, mungkin dongeng adalah alat membentuk karakter anak. Tapi apakah kita anak-anak yang suka mengkhayal tanpa ada realisasi? Masihkah kita mengaku dewasa?
Bukankah produk berpikir adalah jalan keluar masalah yang menjadi input? Bukan  dongeng yang hanya menambah masalah?
Masihkah kita menganggap kita sudah benar-benar berpikir? Masalah apa yang sudah kita perbuat untuk umat ini?
Apakah menganggap pemikiran kita adalah yang terbaik menjadi jalan keluar masalah umat?
Bukankah Rasul mencontohkan menghargai pendapat orang lain? Bukankah beliau mencontohkan menghargai keputusan musyawarah?
Semoga kita menjadi orang yang menghargai pemikiran orang lain dan bisa berpikir yang berkualitas. Kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT.

Astaghfirullahal adzim…

No comments:

Post a Comment